Fotografi

Rabu, 22 Februari 2012

Osteologi Ternak

Osteologi
    Osteologi merupakan bagian dari ilmu anatomi yang membahas susunan/struktur tulang. Tulang (os) sebagai unsur keras dari tubuh hewan membentuk kerangka atau disebut dengan skeleton (skelet) yang berfungsi sebagai:
-Alat penunjang tubuh
-Alat gerak pasif
-Melindungi organ tubuh yang lunak dan mudah rusak
-Memberi bentuk pada tubuh hewan
-Tempat pembuatan unsur-unsur darah
      Tulang juga merupakan sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral juga tempat melekatnya otot rangka. Untuk bidang peternakan, sistem rangka ini merupakan suatu pengetahuan yang harus mendapat perhatian karena cukup penting dilihat dari segi ekonomi.
         Di masa lalu tulang merupakan bahan untuk membuat film, namun setelah kamera beralih ke kamera digital, maka tulang tidak lagi dibuat film, namun digunakan untuk membuat kapsul obat. Kapsul obat dibuat dari gelatin dan sumber pembuatan gelatin adalah tulang. Sejauh ini tulang seperti tidak berharga, hanya digunakan sebagai sumber mineral dalam makanan ternak. Seekor ternak akan tumbuh dengan baik dang menghasilkan karkas yang memadai bergantung kepada pertumbuhan tulangnya. Baru kemudian pertumbuhan otot akan mengikuti pertumbuhan tulang tersebut. Umumnya semakin panjang tulangnya semakin tinggi produksi ototnya.

Pembagian skelet
    Jumlah tulang pada ternak berbeda tergantung kepada jenis hewannya. Tulang skelet (kerangka) dapat dibagi menjadi tiga macam:
- Skelet sumbu (Tulang kerangka axial) terdiri atas tulang kepala (tengkorak), tulang belakang, tulang rusuk dan tulang dada.
- Skelet tungkai (Kerangka appendicular) mencakup tulang kaki muka dan kaki belakang.
- Skelet jeroan (Tulang visceral) yaitu tulang-tulang yang tumbuh di dalam viscera atau organ-organ lunak lainnya seperti os cordis di jantung sapi dan os penis di penis anjing.
     Jumlah tulang pada sejenis hewan dapat berbeda-beda tergantung dari umur hewan tersebut. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis). Meskipun bentuk luar dari kepala hewan menunjukkan perbedaan, ternyata sedikit sekali variasi didapatkan dalam jumlah tiap-tiap tulang kepala. Perbedaan bentuk kepala pada umumnya disebabkan variasi dalam ukuran dan perbandingan besar dari tiap-tiap tulang kepala.
     Sebaliknya perbedaan besar tampak pada jumlah seluruh tulang-tulang yang terdapat pada kaki muka dan kaki belakang. Perbedaan ini terutama terdapat mulai dari tulang-tulang tapak tangan (ossa metacarpalia dan ossa metatarsalia) ke bawah sehingga mencerminkan jumlah jari fungsionil dari tiap-tiap jenis hewan piara kita.


Klasifikasi morfologis tulang
        Dalam garis besarnya tulang digolongkan ke dalam 4 bagian:
- Ossa longa (tulang panjang). Bentuknya silindris, panjang, dengan kedua ujungnya membesar. Tulang ini lebih dikenal dengan tulang extremitas. Bagian tengah yang silindris dinamakan corpus (diaphyse) berbentuk tabung yang berisi sumsum putih (marrow), sedangkan ujung-ujungnya dinamakan extremitas (epiphyse). Ossa longa terdapat pada tulang-tulang kaki (os femur, os humerus), tulang ini bertugas sebagai alat pengumpil/pengungkit juga sebagai alat penunjang tubuh.
- Ossa plana (tulang pipih). Tulang ini mempunyai permukaan yang datar, pipih, dan bertugas untuk melindungi bagian tubuh yang lunak seperti otak, jantung, dan paru-paru. Tulang ini dari garis tengah atau median tubuh mengembang ke dua arah kiri dan kanan. Contoh: os scapula, os ilium dan tulang-tulang kepala.
- Ossa brevia (tulang pendek). Tulang-tulang ini mempunyai panjang, tinggi, dan lebar yang hampir sama. Fungsinya adalah untuk menahan benturan atau shock breaker jika ada gerakan mendadak atau melancarkan gerakan-gerakan lain sewaktu kaki depan atau belakang harus bergerak (ossa carpi dan ossa tarsi) atau untuk mengurangi pergeseran dan perubahan arah dari tendo (ossa sesamoidea).
- Ossa irregularia (tulang tak beraturan). Kelompok tulang ini mempunyai bentuk yang tak teratur seperti ossa vertebrae. Struktur tulang-tulang ini menunjukkan daya tahan yang  besar terhadap tenaga tekan.

Struktur dan susunan tulang
    Tulang merupakan tempat membersitnya pangkal suatu otot di satu sisinya yang disebut origo dan di sisi lain tempat melekatnya ujung otot yang sama pada tulang yang lain atau disebut insertio. Pada penampang longitudinal dan transversal dari suatu tulang panjang, tampak bahwa tulang terdiri atas dua bagian.
    Substantia compacta merupakan bagian luar atau dinding tulang yang padat. Pada umumnya menempati bagian diaphyse tulang. Tebal bagian ini berbeda-beda, tergantung dari pengaruh tenaga tekan dan tarik yang dialami tulang. Pada ossa longa, corpus mempunyai substantia compacta yang paling tebal, kemudian menipis ke arah kedua extremitas. Penebalan juga didapatkan pada tempat-tempat khusus yang dipengaruhi tenaga tekan dan tarik. Dengan demikian terbentuklah bungkul-bungkul pada suatu tulang. Pada tulang panjang, daerah ini memiliki rongga yang disebut cavum medullaris. Ruangan ini berisi sumsum tulang. Ruangan ini terbentuk karena aktivitas osteoklast. Pada hewan muda, sumsum tulang berupa sumsum tulang merah (medulla ossium rubra) yang dapat membuat sel-sel darah merah. Dengan meningkatnya usia, sumsum tulang merah ini diganti dengan sumsum tulang kuning (medulla ossium flava) yang terdiri atas jaringan lemak biasa).
    Substantia spongiosa terdiri atas kasau-kasau tulang yang halus dan berjalan ke berbagai arah, silih menyilang. Pada umumnya terletak dibagian epiphyse dari tulang panjang.  Struktur menyerupai bunga karang yang tersusun oleh lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain membentuk anyaman. Struktur semacam ini sangat kuat dan tidak mudah patah, karena disesuaikan dengan kebutuhan mekanis untuk menanggulangi tekanan dan tarikan terhadap tulang tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penunjang atau alat gerak. Disamping itu penyusunan struktur semacam ini juga melaksanakan prinsip efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan tulang. Rongga-rongga antar kisi juga berisi sumsum tulang, sehingga disebut ruang-ruang sumsum (cellulae medullare/marrow space). Pada tulang pendek struktur semacam ini menempati keseluruhan bagian tengah dari tulang tersebut.
    Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia compacta masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
    Didalam rongga-rongga tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai pembuat sel-sel darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum yaitu sumsum merah (medulla osseum rubra) yang benar-benar berfungsi sebagai pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae dan ossa cranium   
    Struktur halus tulang atau kesatuan struktural yang membentuk tulang dinamakan osteon. Osteon ini terdiri atas:
1.     Saluran Hayer, suatu saluran yang terletak di tengah dan berisi darah pada hewan muda. Pada hewan dewasa saluran ini kosong. Saluran Hayer berjalan sejajar dengan bidang longitudinal tulang dan dapat dihubungkan satu sama lain oleh saluran Volkmen.
2.     Lamellae, daun-daun yang dibentuk oleh serabut-serabut kolagen dengan arah sejajar dengan bidang longitudinal tulang. Jurusan serabut kolagen pada suatu lamel ternyata bersilangan dengan serabut pada lamel yang ada di sebelahnya.
3.     Osteocyt atau sel tulang mempunyai penjuluran yang bercabang. Sel tulang sedikit berbeda bentuknya dari sel-sel pada umumnya, karena ikatan antar sel satu dengan lainnya harus kuat. Oleh karena itu, jaringan tulang mempunyai gerigi yang sangat kuat yang disebut canaliculi yang bersatu saling mengikat dengan canaliculi sel tulang yang lain.
4.    Bahan interseluler terdiri atas bahan organik dan anorganik. Dalam pertumbuhannya osteon-osteon saling mendesak, sehingga tampak perombakan dari osteon tua oleh osteon yang lebih muda.
    Jaringan tulang dibentuk dari osteoblast, yaitu suatu sel yang memproduksi sebuah matrix yang kemudian dimineralisai. Selanjutnya tulang dipelihara dengan menyeimbangkan antara kegiatan osteoblast dan osteoclast yaitu sel yang membongkar tulang.
    Tulang merupakan jaringan yang menopang tubuh dan menjaga bagian dalam tubuh. Jaringan tulang terdiri atas jaringan tulang rawan (cartilago) dan tulang yang sesungguhnya (ostium). Jaringan tulang rawan terdapat di berbagai tempat antara lain di ujung tulang panjang, pada persendian, pada kaki yang dikenal dengan kikil, dan di beberapa tempat yang memerlukan bantalan lunak seperti pada lutut.
    Tulang rawan (cartilage) merupakan jaringan penghubung yang sel-selnya disebut kondrosit dan sel yang masih muda disebut kondroblast. Tulang rawan bersifat lentur, tersusun atas sel-sel tulang rawan yang mensekresikan matrix (kondrin) berupa hialin atau kolagen. Tulang rawan pada anak sapi berasal dari mesenkim dengan kandungan kondrosit lebih banyak daripada kondrin. Sebaliknya, pada ternak dewasa kondrin lebih banyak dari pada kondrosit. Tulang rawan pada ternak dewasa antara lain terdapat pada cincin batang tenggorokan (trachea) dan daun telinga. Pembentukan tulang keras berawal dari kartilago (berasal dari mesenkim).
    Cartilage memiliki rongga yang akan terisi oleh sel-sel pembentuk tulang yang disebut osteoblast (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk sistem Havers. Matrix akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras. Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau ossifikasi.
    Fungsi jaringan tulang rawan antara lain:
- Penutup ujung-ujung tulang, misalnya tulang iga
- Pada embrio sebagai tulang (penggantungan) sementara yang kemudian akan berubah menjadi tulang keras
- Sebagai penggantungan, misalnya tulang hidung dan telinga
- Penyambung antar tulang, misalnya sendi-sendi
    Sel-sel tulang rawan jauh berbeda dengan sel tulang, lebih longgar, agak berjauhan, sehingga yang menonjol adalah jaringan ikatnya. Ada tiga macam tulang rawan, yaitu:
Tulang Rawan Hialin (Hyaline Cartilage)
    Sel-sel hialin ini mengisi suatu rongga dalam substansi interselular. Bentuknya oval dan dikelilingi oleh kapsul. Kadang-kadang tidak terlihat karena tertutup kapsul. Hialin ditemukan banyak pada tulang iga (costae). Sitoplasmanya sangat lunak, lembut, mengandung mitokondria seperti benang dan banyak butiran glycogen, lemak dan sering tanpa pigmen. Substansi interslulernya kompak, berwarna putih bening hampir menyerupai gelas.
Tulang Rawan Elastik (Elastik Cartilage)
    Suatu tulang rawan yang dikarakteristik dengan banyaknya serat elastik baik yang kasar maupun yang halus. Kerapatan serabut berbeda-beda, seringkali tertukar dengan hyaline cartilage. Sel-selnya berbentuk oval.
Tulang Rawan Serabut (Fibrocartilage)
    Dalam fibrocartilage banyak ditemui serabut collagen yang kadang-kadang paralel kadang-kadang tidak beraturan. Sel-selnya dikelilingi kapsul yang tebal di antara serabut. Seringkali fibrocartilage bergabung dengan jaringan ikat.

Periost
    Permukaan tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular) merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan antara fungsi periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
- sebagai alat penyokong pembuluh darah dan syaraf yang masuk ke tulang
- sebagai tempat melekatnya tendo atau ligamenta
- sebagai alat pertumbuhan dan penyembuhan tulang
    Sedangkan endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih.
Kecuali pada bidang-bidang persendian, maka tulang seluruhnya dibalut oleh jaringan ikat padat, periosteum (periost) yang pada hewan dewasa terdiri dari dua lapis yaitu lapis luar (lapis fibrosa) yang terdiri atas serabut-serabut kolagen yang berjalan melingkar (sirkuler) dan mengandung pembuluh-pembuluh darah dan lapis dalam (kambiun) yang mengandung banyak sel-sel pembentuk tulang (osteoblast). Pada tulang yang sedang tumbuh, lapis kambium ini aktif membentuk tulang sehingga menjadi tebal. Pada hewan dewasa dan di dalam keadaan normal, periost ini tidak mengandung  osteoblast dan dalam keadaan istirahat. Jika tulang mengalami suatu fractura (patah), maka lapis kambium dari periost akan aktif kembali dalam usahanya mengadakan persembuhan (regenerasi) tulang.
    Pertautan periost pada tulang di tempat-tempat tertentu seperti pada epiphyse dari tulang panjang atau pada tempat insertio tendo merupakan pertautan yang sangat kuat. Hal ini disebabkan karena serabut-serabut Sharpey yang datang dari periost dan masuk serta melingkari osteon-osteon bagian dalam dari tulang. Di tempat lain, serabut periost hanya bertaut ke osteon bagian luar saja, sehingga pertautan antara periost dengan tulang tidaklah teguh.

Vascularisasi Dan Inervasi Tulang
    Tulang merupakan jaringan hidup oleh karenanya juga memerlukan distribusi makanan. Untuk itu tulang juga dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah yang banyak bercabang pada periosteum dan ranting-rantingnya menyusup ke dalam lapisan tulang melalui foramen nutricia. Perjalanan serabut syaraf pada umumnya mengikuti pembuluh darah. Dikenal ada serabut syaraf vasomotor yang mengatur persyarafan pembuluh darah dan serabut syaraf sensible yang mensyarafi tulang itu sendiri. Oleh karena itu rasa sakit dapat timbul pada tulang disebabkan oleh syaraf-syaraf sensibel tersebut.

Susunan Kimiawi Tulang
    Bila dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anorganik dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya akan luruh sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih ringan dari berat semula (proses pembuatan tepung tulang). Bahan organik terdiri dari ossein (protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya bila tulang tersebut dihilangkan bahan anorganiknya dengan cara decalsifikasi (misal dimasukkan ke dalam larutan asam kuat) maka ia akan kehilangan sifat kerasnya tanpa merubah bentuknya sehingga konsistensinya menjadi fleksibel, lentur (agak elastis) dan liat. Jadi yang tinggal adalah zat-zat organisnya (gelatin/protein), karena itu zat organis tersebut merupakan pola untuk memberi bentuk pada tulang.
    Ditinjau dari sudut kimiawi, substansia compacta dan substansia spongiosa tersebut sama saja yaitu terdiri dari zat-zat organis (protein) dan zat-zat anorganis yang terdiri atas :
gelatin (protein) = 33,30 %
calsium phospat = 57,33 %
calsium carbonat = 3,85 %
magnesium phospat = 2,05 %
natrium chloride & natrium carbonat = 3,45 %

Pertumbuhan tulang

    Proses pembentukan tulang dinamakan osteogenesis dan terutama dihasilkan oleh sel-sel pembentuk tulang, osteoblast. Osteogenesis dimulai dari perkembangan jaringan ikat lalu kemudian terjadi proses osifikasi. Osteogenesis adalah sebuah proses pembentukan tulang yang dimulai dari perkembangan jaringan tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras melalui proses osifikasi. Jaringan yang berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah yang akan membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan tersebut.
    Telah diketahui bahwa tulang berasal dari perkembangan mesoderm yang terdiri dari sel-sel mesencym. Bila akan membentuk tulang, sel mesencym akan mengalami deferiansi menjadi sel bakal tulang (osteoblast) yang selanjutnya akan menjadi sel tulang (osteosit). Ada dua macam osteogenesis yaitu :
1. Osteogenesis intramembranosa (osteogenesis desmalis = osteogenesis primer) atau dikenal sebagai proses penulangan secara langsung. Osteoblast yang tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan mengeras karena proses pengapuran (calcification), sehingga akan mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini disebut titik penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya os frontalis, os parietalis.
2. Osteogenesis intracartilaginosa (osteogenesis endochondralis = osteogenesis sekunder) atau  proses penulangan secara tidak langsung, selalu didahului dengan terbentuknya tulang rawan (cartilago) dan prosesnya lebih kompleks. Jaringan mesenkim mula-mula membentuk tulang rawan hyalin yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
- pertumbuhan sel-sel tulang rawan : sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan (chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte)
- perbanyakan dan pembesaran chondrocyte yang berderat-deret menurut poros panjang tulang.
- pengapuran matriks tulang rawan
- pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung.
    Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang (bakal epiphyse), sedang ditenha batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer. dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum ossifikasi.
    Ditinjau dari letak pertumbuhan tulang, dapat dibedakan menjadi :
- Pertumbuhan interstitial, yaitu pertumbuhan dari tengah jaringan.
- Pertumbuhan oppositional, yaitu pertumbuhan dari sisi tulang, biasanya berasal dari perichondrium atau periosteum yang menjadi tulang secara langsung.


Regenerasi Tulang
    Jika suatu tulang mengalami fractur (patah), maka ia akan bereaksi dengan pembentukan fibrocartilagines callus di tempat luka tersebut. fibrocartilagines callus ini merupakan jaringan yang mengandung jaringan ikat padat dan serabut-serabut kolagen  dan tulang rawan. Jaringan ini mengisi ruang di antara ujung-ujung tulang yang patah tadi. Dari lapis kambium periost dimulailah kini pembentukan tulang baru yang memasuki dan mengganti jaringan callus. Biasanya pada tempat luka keadaannya masih belum sempurna dan berbungkul-bungkul. Lambat laun terjadi resorpsi (penyerapan) dari tulang yang berlebihan sampai terjadi bentuk yang normal.

Pertautan urat ke tulang
    Semua otot bertaut ke tulang melalui serabut-serabut urat. Pertautan pada mamalia umumnya berlangsung dengan dua cara:
1. Pertautan langsung
    Pada cara pertautan ini serabut-serabut urat menembus periost dan masuk jauh ke dalam tulang, melingkari osteon-osteon sebelah dalam. Sering terjadi, serabut urat di dekat tulang berubah menjadi jaringan tulang rawan fibrosa yang berkapur dengan ujung-ujungnya yang berbentuk gigi masuk serta erat memegang bahan tulang.
    Tulang pada pertautan ini biasanya berbungkul atau bergerigi. Pertautan langsung sedemikian teguh/kuatnya sehingga biasanya tulang atau urat akan rusak jika menderita bebean terlalu berat (jadi bukan hubungan tulang-urat). Batas antara otot dengan urat yang berbentuk bulat seperti tali (tendo) tampak jelas pada pertautan ini.
2. Pertautan tidak langsung
    Pertautan ini kurang kuat, serabut urat berjalan diantara serabut-serabut periost dan bertaut pula ke serabut periost ini. Dengan demikian, maka serabut urat ini sering melingkari seluruh permukaan tulang. Pada umumnya tulang tempat pertautan yang tidak langsung mempunyai permukaan yang datar, kadang-kadang sedikit berlegok (os scapula, os ilium). Serabut-serabut urat secara makroskopis tidak kelihatan atau berupa daun yang lebar dan tipis (aponeurose).
    Pertautan urat ke tulang dapat diumpamakan sebagai cara seutas tali dengan ujungnya berbentuk jerat melingkari suatu titik. Agar tidak ada tenaga yang dapat menggelincirkan jerat, maka sebaiknya urat bertaut secara tegak lurus kepada tulang dan osteon-osteonnya. Pertautan urat dan ligamenta ke processus spinosus ossa vertebrae selalu berusaha untuk mencapai sudut tegak lurus tadi.

Dewasa Tubuh
    Kita mengetahui, bahwa sesudah dilahirkan pertumbuhan tulang dari anak hewan terus berlangsung. Pertumbuhan menjadi panjang dari suatu tulang baru akan berakhir jika diaphyse telah bersatu dengan kedua epiphyse dan sasaran epiphyse telah tidak ada lagi. Saat dimana semua sasaran epiphyse dari skelet habis terdesak oleh pertulangan dari diaphyse dan epiphyse dinamakan saat dewasa tubuh. Persatuan antara diaphyse dan epiphyse ini terjadi mula-mula pada skelet anggota badan, disusul skelet collumna vertebralis. Ossa coxae (antara tuberculum ischiadicum dan corpus ossis ischii) merupakan tulang terakhir di tubuh yang menyelesaikan proses ini.
    Tahap lain di dalam kehidupan seekor hewan adalah dewasa kelamin yaitu saat dimana seekor hewan memperlihatkan tanda-tanda birahi untuk yang pertama kali. Ternyata bahwa dewasa kelamin jauh lebih cepat datangnya dalam hidup hewan daripada dewasa tubuh. Hal ini perlu kiranya mendapat pertimbangan penetapan umur yang sesuai bagi seekor hewan yang hendak dikawinkan.

Arthrologi
Hubugan antar tulang (juncture ossium) dapat berbentuk synarthrose dan diarthrose. Pada synarthrose hubungan dapat diselenggarakan melalui jaringan ikat, tulang rawan atau otot. Diantara tulang yang berhubungan tidak terdapat suatu ruang, kemungkinan bergerak tidak ada atau sangat sedikit. Synarthrose dapat dibagi lagi menjadi:
*Sutura yaitu hubungan yang didapatkan diantara tulang-tulang tengkorak. Hubungan ini tidak dapat bergerak sama sekali. Berdasarkan bentuk tepi tulang yang mengadakan hubungan, maka dikenal:
-     Sutura serrata. Tepi tulang berbentuk gigi gergaji (sutura frontalis antara kedua ossa frontalis kanan dan kiri).
-     Sutura squamosa. Berbentuk sisik yang tersusun seperti atap rumah (sutura parieto-temporal)
-     Sutura harmonia. Bertepi rata dan halus (sutura nasalis).
-     Sutura foliata berbentuk daun yang saling menyisip.
*Syndesmose yaitu jaringan perantara (hubungan antar tulang) yang berupa jaringan ikat. Contoh: hubungan antara radius-ulna dan hubungan antara corpus dari ossa metacarpalia.
*Synchondrose yaitu hubungan yang dilaksanakan dengan perantaraan tulang rawan. Contoh: hubungan antara para basilaris os occipital dengan os sphenoidale dan symphysis pelvis.
*Synsarcose yaitu hubungan yang diselenggarakan oleh otot-otot seperti yang didapatkan antara skelet dan kaki muka.
 *Diarthrose adalah hubungan antar tulang yang berupa persendian. Di antara tulang-tulang yang berhubungan terdapat suatu ruang persendian (cavum articularis) yang dibatasi oleh ujung-ujung tulang dan suatu membran (capsula articularis). Bidang persendian (facies articularis) dari ujung tulang tadi dibalut oleh tulang rawan hyaline. Capsula articularis terdiri atas dua lapis membran. Lapis fibrose di sebelah luar, menjadi lanjutan dari periost. Lapis synovial, adalah lapis dalam yang merupakan membran tipis, licin dan menghasilkan cairan synovial yang mengisi cavum articularis.
    Ikatan-ikatan dari jaringan fibrosa disebut ligamentum, berjalan dari tulang ke tulang melewati persendian. Ligamentum menjaga agar persendian tidak tergelincir dari posisinya yang normal serta mencegah penegangan yang berlebihan (Hyperextensio). Diantara ligamentum dan capsula biasa terdapat jaringa lemak.
    Ujung-ujung tulang yang membentuk persendian pada umumnya berbentuk caput (kepala) dan fossa (mangkok). Jika kepala dan mangkok ini sesuai bentuknya, maka persendian dinamakan kongruen. Pada persendian yang tidak kongruen, bidang persendian dari caput dan fossa tidak sesuai. Dengan demikian diperlukan alat penolong beripa keping tulang rawan fibrosa atau meniskus (seperti pada persendian lutut dan persendian rahang).
Articulatio simplex adalah persendian yang dibentuk oleh dua tulang, sedangkan articulatio composita terdiri atas lebih dari dua tulang (persendian carpus dan tarsus). Mengingat jumlah gerakan yang dapat dilakukannya maka kita mengenal persendian satu sumbu, dua sumbu, atau banyak sumbu.

a.  Gerakan Persendian
    Gerakan persendian ditentukan oleh bentuk dan luas bidang persendian serta susunan ligamentanya.
- Gerakan menggeser (meluncur). Bidang persendian saling bergeser. Contoh: processus articularis dari ossa vertebrae cervicalis.
- Gerakan bersudut melalui satu sumbu atau lebih. Pada gerakan flexio, sudut persendian diperkecil sedangkan gerakan extensio memperbesar sudut persendian. Pada umumnya sudut flexio lebih kecil dari sudut extensio. Kedua sudut dapat pula sama besar seperti halnya di persendian carpus (180°). Pada persendian metacarpho-phalank I sudut extensio lebih kecil dari sudut flexio.
- Gerakan rotatio, dimanasatu tulang berputar (atlas) melingkari sumbu tulang yang lain(axis).
- Gerakan adductio dan abductio merupakan gerakan dimana kaki mendekati (adductio) atau menjauhi (abductio) bidang median tubuh.

b. Klasifikasi Persendian
    Penggolongan ini berdasarkan macam gerakan yang dapat dilakukan suatu persendian
1. Articulatio sphaeroideus (persendian peluru).
    Kepala persendian berbentuk bundar dan lebih besar dari mangkoknya. Persendian ini merupakan persendian banyak sumbu yang dapat bergerak bebas. Kecuali gerakan bersudut, persendian ini dapat pula mengadakan gerakan rotasi. Contoh: persendian bahu dan paha. Pada hewan piara besar (kuda, sapi) kedua persendian tersebut oleh fiksasi otot-otot secara fungsionil hanya merupakan persendian satu sumbu saja.
2. Articulatio ellipsoideus (persendian ellips)
    Bidang persendian berbentuk ellips dengan kemungkinan bergerak ke dua arah (dua sumbu). Gerakan utama adalah flexio dan extensio, selain itu mungkin pula persendian ini mengadakan  sedikit gerakan ke lateral. Kombinasi dari kedua macam gerakan tadi memungkinkan pula suatu gerakan rotasi. Contoh: persendian antara os occipitale dan os atlas.
3. Articulatio sellaris
    Persendian sela merupakan persendian dua sumbu. Bidang persendian mempunyai bentuk seperti sela (pelana) dengan suatu peninggian di tengah. Facies articularis yang lain sesuai pula bentuknya. Contoh: persendian kuku antara phalax II dan III. Gerakan utama melalui sumbu transversal adalah gerakan flexio dan extensio. Gerakan ke sisi melalui sumbu sagittal sangat terbatas karena adanya ligamenta collaterale.
4. Articulatio trochlearis
    Persendian ini mempunyai bidang persendian yang berbentuk silinder melintang, kadang-kadang dibagi oleh suatu lekah menjadi dua silinder (condylus). Gerakan dilakukan melalui sumbu dari silinder tersebut (extensio dan flexio). Variasi dari articulatio trochlearis ini adalah:
Ginglymus (persendian engsel) merupakan bentuk articulatio trochlearis yang sebenarnya. Umumnya merupakan persendian yang kongruen, dimana silinder sesuai benar dengan mangkoknya. Contoh: persendian siku antara os humerus dan os radius. Beberapa persendian ginglymus mempunyai silinder yang tidak sesuai dengan mangkoknya sehingga persendian yang inkongruen ini memerlukan bantuan meniscus (persendian lutut dan rahang).
Articulatio cochlearis (persendian skrup), merupakan modifikasi dari persendian engsel. Pada persendian ini lekah diantara kedua condylu dan peninggian di mangkoknya berjalan miring terhadap tulang. Dengan demikian, maka gerakan flexio dan extensio dari persendian berlangsung miring terhadap sumbu panjang tulang. Contoh: persendian antara os tibia dan os tarsal tibiale.
5. Articulatio trochoides (persendian putar).
    Contoh dari persendian ini adalah persendian antara atlas dan axis, dimana os atlas berputar mengelilingi sumbu panjang axis.
6. Persendian geser
    Bidang-bidang persendian datar sehingga memungkinkan gerakan bergeser. Contoh: persendian antara processi articularis dari ossa vertebrae cervicalis.
7. Amphiarthroses
    Persendian tegang ini merupakan persendian yang sedikit sekali dapat bergerak. Ia dikelilingi oleh ligamenta yan pendek dan tegang. Contoh: persendian antara ossa carpi baris distal dan os metacarpus III.

Persendian bingkas
    Beberapa persendian mempunyai ligamenta yang terpasang eksentris. Ligamenta ini dari sikap istirahat persendian masih harus diregang lebih panjang lagi, jika persendian tersebut membengkok atau menegang.
    Dengan demikian, maka persendian ini sukar untuk dibengkokkan kecuali jika sudah dilewatinya suatu sikap yang memerlukan panjang maksimal dari ligamenta tadi. Sesudah sikap tersebut dilampaui, maka dengan mudah dan secara bingkas persendian meneruskan pergerakannya.
    Sifat dari persendian bingkas ini menyebabkan ia turut berperan sebagai fiksator persendian untuk memelihara keseimbangan tubuh hewan (terutama kuda) pada waktu berdiri. Contoh: persendian siku dan persendian loncat.

Pengantar Anatomi dan Histologi Ternak

Anatomi dan cabang ilmu anatomi
    Anatomi atau ilmu urai merupakan bagian ilmu biologi yang mempelajari bentuk dan struktur dari organisme. Nama anatomi diberikan pada cabang ilmu ini karena menurut bahasa Yunani Anatemein berarti membuka dengan jalan mengiris dan menguraikan. Pada tahap pertama dari pertumbuhannya, penyelidikan di bidang anatomi dilakukan dengan alat-alat sederhana seperti pisau (skalpel) dan pinset serta pengamatan dengan mata biasa.
    Dengan ditemukannya alat mikroskop dengan kemungkinan perbesaran bagian-bagian tubuh secara luas, maka ruang lingkup pengamatan menjadi berkembang dan peluang untuk mempelajari struktur halus tubuh dan organisme kecil bertambah mendalam. Dengan demikian, maka anatomi dapat dibagi atas anatomi makroskopik yang menggunakan mata biasa dan anatomi mikroskopik yang menggunakan mikroskop sebagai alat pemeriksa utama. Dari anatomi mikroskopik ini dapat dibedakan pula ilmu yang mempelajari jaringan tubuh (histologi) dan ilmu yang mempelajari struktur sel (sitologi).
    Pengetahuan tentang perubahan-perubahan dalam perkembangan organisme bertambah lama bertambah penting, sehingga timbul cabang ilmu baru yaitu embriologi. Cabang ilmu ini membahas perkembangan organisme sebelum dilahirkan (Prenatal), dimana terjadinya pembentukan jaringan dan organ-organ tubuh. Ontogenesis adalah sejarah seluruh pertumbuhan dan perkembangan organisme baik prenatal maupun postnatal. Phylogenesis merupakan sejarah perkembangan suatu spesies dan evolusi yang dialaminya dari abad ke abad.

Pembagian Anatomi
    Berdasarkan jumlah jenis hewan yang dipelajari, maka pada umumnya kita mengenal anatomi khusus dan anatomi perbandingan. Anatomi khusus mempelajari bentuk dan struktur dari suatu jenis hewan seperti halnya hippotomi (anatomi kuda). Di dalam anatomi khusus ini termasuk anthropotomi atau anatomi manusia. Anatomi komparatis atau anatomi perbandingan mempelajari dan membandingkan struktur hewan-hewan dan merupakan dasar bagi klasifikasi hewan-hewan tersebut. Ke dalam anatomi komparatif ini dapat dikelompokkan anatomi veteriner yang mempelajari dan membandingkan struktur dan bentuk dari hewan-hewan piara kita. Pada umumnya, pelajaran anatomi veteriner memilih satu jenis hewan piara sebagai hewan dasar, kemudian melanjutkan perbandingannya dengan hewan lainnya. Lazimnya dianggap sebagai hewan piara adalah kuda, sapi, domba, kambing, babi, anjing, kucing dan unggas.
    Dua cara pokok biasanya digunakan dalam mempelajari anatomi veteriner.
Anatomi sistematik membahas tubuh organisme menurut susunan alat-alat yang mempunyai persamaan asal, struktur, dan fungsi. Pembagian susunan alat-alat pada anatomi sistematik adalah:
*Osteologi, pembahasan tentang skelet (tulang).
*Arthrologi, pembahasan tentang persendian.
*Myologi, pembahasan tentang otot dan alat pembantunya.
*Splanchnologi, pembahasan tentang viscera (jeroan), mencakup:- Apparatus digestorius (alat pencernaan)
- Apparatus respiratorius (alat pernafasan)
- Apparatus urogenitalis (organ uropoietik dan organ genital)
*Angiologi, pembahasan tentang alat peredaran darah dan limfa.
*Neurologi, pembahasan tentang susunan syaraf.
*Aesthesiologi, pembahasan tentang pancaindera dan kulit.

    Anatomi topografi adalah ilmu urai yang membahas daerah-daerah terbatas secara mendalam. Anatomi topografi menjadi dasar bagi pelajaran ilmu bedah. Pada tahun-tahun terakhir makin diterapkan cara pendekatan fungsional untuk mempelajari ilmu urai. Timbullah anatomi fungsional yang tidak hanya melukiskan bentuk, ukuran, struktur, dan letak berbagai jaringan dan organ tubuh, tetapi selalu menghubungkannya dengan proses pekerjaan yang dilakukan bagian tubuh tersebut di dalam kerangka kerja sama keseluruhan organisme secara harmonis.
    Anatomi veteriner sebagaimana diajarkan di fakultas kedokteran hewan dan peternakan selalu diusahakan untuk sejauh mungkin menggunakan pendekatan fungsionil ini. Anatomi veteriner ini memiliki kedudukan yang penting, karena menjadi dasar hampir semua mata pelajaran di tingkat yang lebih tinggi. Juga bagi seorang calon ahli peternakan, pengetahuan tentang susunan otot, alat pencernaan makanan, dan alat reproduksi merupakan hal-hal yang pokok.

Konsep Sel
    Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu organisme terdiri atas suatu sel dimana berlangsungnya segala fungsi-fungsi dari kehidupan. Dalam tingkat yang lebih tinggi terjadilah pengelompokkan sel-sel tertentu untuk melakukan tugas-tugas khusus sehingga terjadilah pengkhususan fungsi atau spesialisasi. Spesialisasi ini merupakan akibat dari kebutuhan cara hidup yang semakin bertambah kompleks.
    Sekelompok sel yang dikhususkan untuk melakukan tugas tertentu dinamakan jaringan. Beberapa jaringan berkelompok dan bekerja sama melakukan tugas yang lebih umum sifatnya kemudian membentuk organ tubuh yang terdiri atas jaringan penunjang dan jaringan pokok (parenkim). Alat (organ) tubuh ini kemudian bergabung membentuk sistem (susunan) yang akhirnya susunan-susunan inilah yang membangun suatu organisme tingkat tinggi.
    Untuk memahami anatomi fungsional dengan sepenuhnya, maka bentuk dan struktur alat tubuh tadi serta hubungannya satu sama lain harus dimengerti baik secara makro maupun mikroanatomis. Pengertian dan pertimbangan kita di dalam diskusi secara makroanatomis harus selalu dipandang dari sudut sel dan jaringan yang membentuk organ dan susunan tubuh tadi. Fungsi tubuh pada akhirnya dilaksanakan oleh sel-sel tubuh.

Istilah-Istilah Antomi
    Agar terdapat keseragaman dalam penamaan unsur-unsur, dalam ilmu urai telah disepakati untuk memperguakan istilah dalam bahasa latin. Penggunaan istilah-istilah latin ini tercantum di dalam Nomina Anatomia veterinera sehingga dapat dipakai dan dimengerti oleh ahli-ahli anatomi di seluruh dunia. Nama yang diberikan kepada suatu unsur anatomik ada hubungannya dengan bentuk, fungsi, letak, ataupun arah dari unsur yang bersangkutan. Contoh nama otot ‘musculus flexor digittalis profundus’ yang berarti otot yang berfungsi sebagai pembengkok (flexor) persendian jari (digit) dan terletak di sebelah profundal.
    Dengan memahami arti dan istilah-istilah dalam bahasa latin ini dapat dihindarkan penghafalan di luar kepala dan didapatkan pengertian tentang banyak sekaligus dari suatu unsur.
    Agar dapat menunjukkan secara tepat bagaimana letak dan arah berbagai bagian dari tubuh hewan, maka dipergunakan istilah-istilah tertentu yang berlaku bagi seekor hewan berkaki empat di dalam sikap berdiri. Hal ini dikenal dengan istilah topografis.
    Istilah yang berhubungan dengan tubuh dan organ tubuh:
- Dorsal: yang lebih mendekati punggung (dorsum)
- Ventral: yang lebih mendekati perut (venter)
- Cranial/anterior: yang lebih mendekati kepala (cranium)
- Caudal/posterior: yang lebih mendekati ekor (cauda)
    Istilah yang berhubungan dengan kaki:
- Proximal: mendekati sumbu tubuh atau pangkal kaki
- Distal: menjauhi sumbu tubuh atau pangkal kaki
- Dorsal: bagian anterior dari kaki muka/kaki belakang
- Volar: bagian posterior kaki muka
- Plantar: bagian posterior dari kaki belakang.
    Istilah di daerah kepala:
- Oral: bagian anterior kepala (oris=mulut)
- Aboral: bagian posterior kepala: menjauhi mulut
- Nasal: mendekati hidung (nasum=hidung)
    Berbagai bidang di tubuh hewan
- Median: bidang yang membagi tubuh hewan dalam dua bagian yang sama, kanan dan kiri.
- Sagittal: bidang pada setiap tubuh hewan yang berjalan sejajar dengan bidang median
- Transversal: bidang melintang yang tegak lurus terhadap bidang median dan setiap bidang sagittal
- Horizontal: bidang mendatar (frontal) yang tegak lurus terhadap bidang median, sagittal dan transversal.
- Median: yang lebih dekat dengan bidang median
- Lateral: yang lebih jauh dari bidang median
- Superficial: di dekat permukaan tubuh atau organ tubuh
- Profundum: jauh dari permukaan tubuh atau organ tubuh dekat dengan pusat tubuh atau organ tubuh.

Kamis, 14 Oktober 2010

Manfaat Siwak

Saya sendiri sebenarnya sudah terbiasa menggunakan siwak,, karena Rasulullah sendiri yang mengajarkan untuk bersiwak..
Setelah menikah, istri saya juga tertarik dan mulai mencoba menggunakan siwak..
Pertama kali,, katanya rasanya aneh.. asem-asem asin,, tapi lama-lama mulai terbiasa..
Setelah itu istri saya browsing dan cari-cari info.. ternyata ada jauh lebih banyak manfaat yang terdapat dalam siwak dari yang saya ketahui sebelumnya.
Setelah itu jadi tambah semangat deh bersiwak.. selain berupaya mengamalkan sunah rasul,, ternyata memang banyak manfaatnya..


artikel berikut tentang manfaat siwak..


Miswak (Chewing Stick) telah digunakan oleh orang Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang mana kemudian digunakan pula di zaman kerajaan Yunani dan Romawi, oleh orang-orang Yahudi, Mesir dan masyarakat kerajaan Islam. Siwak memiliki nama-nama lain di setiap komunitas, seperti misalnya di Timur Tengah disebut dengan miswak, siwak atau arak, di Tanzania disebut miswak, dan di Pakistan dan India disebut dengan datan atau miswak. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanaman yang berbeda-beda pada setiap negeri. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon Arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon limun (Citrus aurantifolia) dan pohon jeruk (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassia sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.







Meskipun siwak sebelumnya telah digunakan dalam berbagai macam kultur dan budaya di seluruh dunia, namun pengaruh penyebaran agama Islam dan penerapannya untuk membersihkan gigi yang paling berpengaruh. Istilah siwak sendiri pada kenyatannya telah umum dipakai selama masa kenabian Nabi Muhammad yang memulai misinya sekitar 543 M. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Seandainya tidak memberatkan ummatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap akan sholat (dalam riwayat lain : setiap akan berwudhu’).” Nabi memandang kesehatan dan kebersihan mulut adalah penting, sehingga beliau senantiasa menganjurkan pada isterinya untuk selalu menyiapkan siwak untuknya hingga akhir hayatnya.
Banyak hadits yang meriwayatkan tentang siwak dan anjuran untuk menggunakannya. Diantaranya hadits berikut ini;  Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 
"Siwak adalah pembersih mulut dan sebab ridhanya Rabb". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Hudzaifah ra., dia berkata, "Nabi Saw selalu menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur malam hari (HR Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersiwak dalam waktu puasa dan tidak, pada waktu wudhu, ketika akan sholat atau memasuki rumah. Beliau bersiwak dengan kayu(dahan ) Araak. Bila tidur,  siwak itu diletakkan di dekat kepalanya, dan jika bangun tidur beliau mulai bersiwak.
Siwak terus digunakan hampir di seluruh bagian Timur Tengah, Pakistan, Nepal, India, Afrika dan Malaysia, khususnya di daerah pedalaman. Sebagian besar mereka menggunakannya karena faktor religi, budaya dan sosial. Ummat Islam di Timur Tengah dan sekitarnya menggunakan siwak minimal 5 kali sehari disamping juga mereka menggunakan sikat gigi biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin dan Lewis (1989) menyatakan bahwa pengguna siwak memiliki relativitas yang rendah dijangkiti kerusakan dan penyakit gigi meskipun mereka mengkonsumsi bahan makanan yang kaya akan karbohidrat.
Dalam kitab Ath-Thubbun Nabawi (Medis Nabawi) yang disusun oleh Ibnul Qoyyim dijelaskan manfaat siwak antara lain : 
- membersihkan mulut, 
- membersihkan gusi, 
- mencegah pendarahan 
- menguatkan penglihatan 
- mencegah  gigi  berlubang 
- menyehatkan pencernaan 
- menjernihkan suara 
- membantu pencernaan makanan 
- memperlancar saluran nafas (bicara) 
- menggiatkan bacaan 
- menahan tidur 
- meridhokan Allah Ta’ala 
- dikagumi malaikat

Morfologi dan Habitat Tanaman Siwak

Siwak atau Miswak, merupakan bagian dari batang, akar atau ranting tumbuhan Salvadora persica yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan ranting tanaman arak (Salvadora persica) yang berdiameter mulai dari 0,1 cm sampai 5 cm. Pohon arak adalah pohon yang kecil seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, berdiameter lebih dari 1 kaki. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak pedas.

Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang artinya adalah memijat (massage). Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa, karena selain memiliki serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi walaupun di bawah tekanan yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan antidecay system (sistem antipembusuk). Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan gusi.



Kandungan Kimia Batang Kayu Siwak

Al-Lafi dan Ababneh (1995) melakukan penelitian terhadap kayu siwak dan melaporkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri, mengikis plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :

Antibacterial Acids, seperti astringents, abrasive dan detergent yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan substansi antibacterial acid tersebut.

Kandungan kimiawi seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluorida, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimetilamin, Salvadorin, Tannin dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.

Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat menyegarkan mulut dan menghilangkan bau tidak sedap.

Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara prematur.

Anti Decay Agent (Zat anti pembusukan) dan Antigermal System, yang bertindak seperti Penicilin menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut merangsang produksi saliva, dimana saliva sendiri merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Menurut laporan Lewis (1982), penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan resin. Kemudian dari hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1990) ditemukan silika, sulfur dan vitamin C. Kandungan kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut dimana trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi, sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Kemudian keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas, adapun fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.



Siwak sebagai zat antibakterial

El-Mostehy dkk (1998) melaporkan bahwa tanaman siwak mengandung zat-zat antibakterial. Darout et al. (2000) Melaporkan bahwa antimikrobial dan efek pembersih pada miswak telah ditunjukkan oleh variasi kandungan kimiawi yang dapat terdeteksi pada ekstraknya. Efek ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate. Hal ini dilaporkan bahwa komponen anionik alami terdapat pada spesies tanaman ini yang mengandung agen antimikrobial yang melawan beberapa bakteri. Nitrat (NO3-) dilaporkan mempengaruhi transportasi aktif porline pada Escherichia coli seperti juga pada aldosa dari E. coli dan Streptococcus faecalis. Nitrat juga mempengaruhi transport aktif oksidasi fosforilasi dan pengambilan oksigen oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapyhylococcus aureus sehingga terhambat.

Menurut hasil penelitian Gazi et al. (1987) ekstrak kasar batang kayu siwak pada pasta gigi yang dijadikan cairan kumur, dikaji sifat-sifat antiplaknya dan efeknya terhadap komposisi bakteri yang menyusun plak dan menyebabkan penurunan bakteri gram negatif batang.

Penyusun (2005) di dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Serbuk Kayu Siwak (Salvadora persica) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Lempeng Agar” menemukan bahwa ekstrak serbuk kayu siwak bersifat antibakterial sedang terhadap bakteri S. mutans dan S. aureus.



Siwak sebagai “oral cleaner device” (alat pembersih mulut)

Siwak sangat efektif sebagai alat pembersih mulut. Almas (2002) meneliti perbandingan pengaruh antara ekstrak siwak dengan Chlorhexidine Gluconate (CHX) yang sering digunakan sebagai cairan kumur (mouthwash) dan zat anti plak pada dentin manusia dengan SEM (Scanning Electron Microscopy). Almas melaporkan bahwa 50% ekstrak siwak dan CHX 0,2% memiliki efek yang sama pada dentin manusia, namun ekstrak siwak lebih banyak menghilangkan lapisan noda-noda (Smear layer) pada dentin.

Sebuah penelitian tentang Periodontal Treatment (Perawatan gigi secara berkala) dengan mengambil sampel terhadap 480 orang dewasa berusia 35-65 tahun di kota Makkah dan Jeddah oleh para peneliti dari King Abdul Aziz University Jeddah, menunjukkan bahwa Periodontal Treatment untuk masyarakat Makkah dan Jeddah adalah lebih rendah daripada treatment yang harus diberikan kepada masyarakat di negara lain, hal ini mengindikasikan rendahnya kebutuhan masyarakat Makkah dan Jeddah terhadap Periodontal Treatment.

Penelitian lain dengan menjadikan serbuk (powder) siwak sebagai bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil terbaik bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk siwak, karena butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih bersarang pada sela-sela gigi. Hal ini yang mendorong perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke dalam produk pasta gigi mereka. WHO (World Health Organization) turut menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu dipelihara dan dibudidayakan.



(Diadopsi dari Skripsi penyusun yang berjudul “PENGARUH EKSTRAK SERBUK KAYU SIWAK (Salvadora persica) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans DAN Staphylococcus aureus DENGAN METODE DIFUSI LEMPENG AGAR), 2005, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya) 
Posting by: Farizal, Nabilmufti

jadi,,, apalagi yg membuat kita ragu untuk tidak bersiwak??

Jumat, 08 Oktober 2010

Usaha Telur Asin

Sudah dari sejak lama, saya dan istri ingin sekali membuat usaha telur asin..
Namun, sampai sekarang belum bisa kesampaian karena saya masih harus bolak-balik menyelesaikan studi saya..
Di rumah saya (solo red.) Ibu saya sudah memulai usaha ini dan sekarang hampir tiap hari memproduksi telur asin.. 
Tidak dalam jumlah yang sangat besar memang,, hanya memenuhi pesanan teman-teman kantor, keluarga, dan tetangga saja...
Soal harga, telur asin memang menjadi usaha yang cukup menjanjikan..apalagi kalo bisa produksi sendiri (tidak ngambil yg mateng untuk dijual lagi maksudnya..) kita bisa menekan harga produksi...

Berikut cara pembuatan telur asin.. Selamat Mencoba..!!!

BAHAN                                                                                                                                 
1) Telur bebek 30 butir                                                                                                  
2) Bubuk batu bata merah 1 ½ liter                                                                           
3) Garam dapur ½ kg
4) Larutan daun teh (bila perlu) 50 gram teh / 3 liter air
5) Air bersih secukupnya

ALAT
1) Ember plastik
2) Kuali tanah atau panci
3) Kompor atau alat pemanas
4) Alat pengaduk
5) Stoples atau alat penyimpan telur
6) Kertas amplas

CARA PEMBUATAN
1) Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk);
2) Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat, kemudian keringkan;
3) Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka;
4) Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran bubuk bata dan garam, dengan perbandingan sama (1:1).
5) Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta;
6) Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliling permukaan telur, kira-kira setebal 1-2 mm;
7) Simpan telur dalam kuali atanah atau ember plastik selama 7-10 hari. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka;
8) Setelah selesai bersihkan telur dari adonan kemudian rendam dalam larutan teh selama 8 hari (bila perlu).
   Biasanya telur asin yang sudah matang dapat bertahan selama 2-3 minggu. Namun jika hal ini dilakukan keawetan telur asin dapat mencapai hingga 6 minggu.
   Penggunakan ekstrak daun teh ini bertujuan agar zat tanin yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori telur serta memberikan warna coklat muda yang menarik. Juga aroma telur asin yang dihasilkan akan lebih disukai konsumen.

PEMANENAN
Setelah pemeraman cukup waktunya (+/- 7-10 hari ), segera bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada saat pengbongkaran adonan pembalut, sebaiknya tambahkan sedikit air hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Setelah itu, pisahkan telur yang kulitnya retak atau memperlihatkan tanda-tanda kebusukan. Simpan telur yang baik ditempat yang dingin atau bisa langsung direbus.

PEREBUSAN
Cuci dahulu telur asin yang hendak direbus hingga bersih.
a. Masukkan telur dalam panci perebus yang telah diisi dengan air secukupnya.
b. Panaskan dengan api kecil, usahakan agar air perebus menjadi panas namun tidak mendidih (+/- 30 menit).
c. Selanjutnya, api dapat dibesarkan hingga air mendidih.